MOROWALI, Sulawesi Tengah - Di era ekonomi 4.0, masyarakat tidak dapat terlepas dari teknologi digital. Selain dikarenakan perkembangan zaman, teknologi digital juga menjanjikan kemudahan, kecepatan dan efisiensi sehingga masyarakat sangat tergantung akan kehadirannya. Perkembangan teknologi digital tentunya tidak selalu berdampak positif, dikarenakan kemudahannya, terkadang ada orang-orang jahat yang memanfaatkan kelengahan dari pengguna teknologi digital.
Saat ini modus pencurian terus berkembang, jika dahulu pencurian dilakukan di jalan atau di transportasi umum, saat ini pencuri semakin pintar untuk melakukan aksinya di dunia maya menggunakan teknologi digital. Oleh karena itu masyarakat harus selalu waspada dalam menggunakan setiap aplikasi yang berkaitan dengan finansial.
Baca juga:
What is an ‘economic hitman’?
|
Hal tersebut disampaikan Pemimpin Cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) Morowali, Rizqi Darajat, kepada awak media, Jum'at (18/11/2022).
Kata Rizqi, Bukan tanpa alasan, peringatan ini disampaikan saat ini mengingat maraknya percobaan penipuan dan pencurian yang dilakukan melalui berbagai platform digital oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab. Pelaku kejahatan tersebut saat ini semakin pintar dengan menggunakan berbagai modus yang memanfaatkan kelengahan pengguna aplikasi atau biasa disebut dengan social engineering (soceng).
Ada beberapa modus penipuan (social engineering) yang saat ini sedang marak, diantaranya:
Info perubahan tariff transfer dan biaya administrasi, dimana penipu member informasi palsu dan meminta korban mengisi data rahasia seperti PIN, OTP, dan Password.
Akun layanan konsumen palsu, dimana penipu membuat akun media social palsu yang mengatasnamakan bank, mengarahkan korban ke website palsu dan mencuri data rahasianya.
Tawaran menjadi nasabah prioritas, dimana penipu menawarkan promo upgrade dengan berbagai hadiah menarik lalu meminta data rahasia korban.
Tawaran menjadi Agen Bank, penipu menawarkan jasa untuk menjadi Agen Laku Pandai lalu meminta korban mentransfer uang untuk mendapatkan mesin EDC.
Pemberitahuan pemenang hadiah undian, yaitu dimana penipu memberitahukan hasil undian palsu kepada korban dan meminta sejumlah uang atau meminta data-data rahasia.
Modus-modus tersebut biasanya dijalankan dengan cara:
Modus penipuan dengan cara menghubungi nasabah melalui telepon/ whatsapp/ telegram/facebook/ instagram/tiktok/lainnya mengatas namakan pihak Bank atau pihak berwenang. Beberapa contoh modus penipuan: permintaan konfirmasi perubahan tariff, permintaan pembatalan transaksi, permintaan dana untuk menebus sesuatu, permintaan token, dll.
Baca juga:
Memahami Saham dan Cara Membeli Untuk Pemula
|
Pelaku mengaku melakukan konfirmasi transaksi kemudian membuat nasabah panik dengan menyebutkan transaksi/kejadian yang sebetulnya tidak pernah dilakukan oleh nasabah.
Pelaku mengirimkan link palsu dan meminta nasabah untuk mengisi User ID, Password, PIN, Kode OTP, M-Token dan CVV ataupun data lainnya yang seharusnya bersifat rahasia.
Data tersebut digunakan oleh penipu untuk menguras saldo nasabah.
Guna meminimalisir jatuhnya korban begal Rekening ini, Pemimpin Cabang BRI Morowali, Rizqi Darajat, menghimbau kepada semua nasabah BRI untuk:
Tidak memberikan ataupun membagikan informasi data pribadi nasabah kepada siapapun termasuk pihak Bank. Informasi rahasia tersebut diantaranya username dan password /PIN/OTP (token). Pihak Bank tidak pernah meminta Password/PIN/OTP (token) kepada nasabah.
BRI memiliki akun media social resmi diantaranya: BANK BRI (Facebook), @BANKBRI_ID (twitter), bankbri_id (tiktok), bankbri_id (instagram) dan memiliki centang biru (verified). BRI juga memiliki akun Whatsapp dengan nomor 0812-12-14017, 0811-10-14017 (BRI-INFO) dan 0811-99-14017 (BRI-NOTIF) semua bercentang hijau (verified). Sehingga masyarakat dihimbau agar jangan mudah mempercayai informasi yang diberikan selain dari akun-akun tersebut. Pihak Bank BRI tidak pernah meminta password/PIN/OTP (token) kepada nasabah.
Membuat password secara unik dengan kombinasi huruf angka dan tanda baca, mengganti PIN secara berkala dan merahasiakan password/PIN/OTP (token) tersebut. Apabila terjadi kebocoran password/PIN/OTP (token) maka pihak BRI tidak akan melakukan penggantian jika terjadi kehilangan.
Laporkan akun-akun mencurigakan dengan menggunakan menu “report” atau melakukan block akun-akun tersebut.
“Kemajuan teknologi memang memberikan dampak positif bagi pengguna atau user. Namun dengan semakin maraknya kejadian penipuan (social engineering), maka jangan pernah memberitahukan user name, password, PIN ataupun kode OTP (token) kepada siapapun. Hal ini Ini sangat penting untuk memutus rantai korban penipuan melalui platform digital, ” ujarnya.
Sebagai upaya pencegahan begal rekening ini, BRI Morowali telah melakukan upaya sebagai berikut:
Melakukan edukasi melalui aplikasi BRIMO, melalui media massa, media social, dan media lainnya.
Melakukan edukasi kepada masyarakat desa melalui program Pojok Mantri Desa.
Melakukan pemblokiran terhadap akun-akun mencurigakan, melakukan monitoring berkala, dan berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk melakukan pencegahan dan penindakan.
“Di kami sendiri sudah sering memberikan edukasi kepada nasabah bahkan saat mereka nasabah pertama kali membuka rekening. Disitu kita sampaikan terkait kerahasiaan data/PIN/password/OTP (token).Melalui sosial media secara berkala, dalam setiap kegiatan marketing, gathering, group nasabah desa binaan, dan saluran lainnya, ” tambahnya.
Lebih lanjut, Rizqi Darajat menyampaikan bahwa nasabah dapat menghubungi BRI terdekat jika mengalami kondisi-kondisi yang mencurigakan, “Seluruh pekerja BRI Morowali bertugas sebagai Penyuluh Digital bagi masyarakat, siap memberikan informasi yang valid, terpercaya dan siap memberantas begal rekening demi keamanan dan kenyamanan nasabah, ” tutupnya. (*)